Rabu, 24 April 2013

TEKNIK KOMPUTER JARINGAN menunjang perkembangan dunia iptek di indonesia

TEKNIK KOMPUTER JARINGAN menunjang perkembangan dunia iptek di indonesia


ABSTRAK
                        Makalah ini akan menjelaskan beberapa alternatif konsep jaringan komputer maupun implementasi yang ada di Indonesia. Konsep / pandangan yang dikembangkan disini tidak terbatas pada sudut pandang teknologi tetapi juga aspek sosial-ekonomi khususnya pada strategi penerapan sebuah teknologi ke masyarakat yang bertumpu pada inisiatif masyarakat itu sendiri secara mandiri sehingga memungkinkan untuk membangun Indonesia dari bawah. Dunia pendidikan dan penelitian umumnya menggunakan teknologi packet radio karena biaya operasional yang sangat murah. Akan di bahas pula berbagai pemikiran, konsep & akumulasi pengalaman dari beberapa lembaga / institusi / peneliti dalam lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) selama lebih dari lima tahun belakangan dalam mengembangan sebuah sistem informasi berbasis jaringan komputer bertumpu pada media komunikasi radio untuk hubungan jarak jauh. Secara lebih rinci akan diketengahkan beberapa alternatif teknologi paket radio yang digunakan beserta laporan berbagai usaha yang saat ini berjalan, baik untuk membuat sendiri peralatan yang dibutuhkan seperti modem 1200bps, perangkat 56Kbps, transverter maupun experimen untuk hubungan ke luar negeri melalui polar orbit satellite maupun geostasionary satellite. Keseluruhan konsep yang dikembangkan bertujuan untuk menumpu perkembangan sebuah sistem informasi nasional secara mandiri dan berkesinambungan (sustainable).


PENDAHULUAN
            Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas yang penting dan strategis 
dalam PJP II. Keberhasilan pengembangkan SDM seperti yang dicanangkan dalam GBHN hanya mungkin 
terlaksana jika ditunjang sebuah sistem informasi yang dapat di akses dan di dukung keberadaannya 
oleh SDM ybs. Sistem informasi tsb. dapat meliputi integrasi berbagai perpustakaan, jurnal ilmiah, majalah ilmiah
 dan media elektronik. Dengan pesatnya perkembangan dunia komputer, keberadaan sebuah sistem informasi 
elektronik berbasis komputer / jaringan komputer yang mengkaitkan berbagai perguruan tinggi dan lembaga
penelitian di Indonesia sifatnya sangat stategis dalam menumpu perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi 
Indonesia [1][2][3][4].
            Dalam era globalisasi dan komputerisasi, sistem informasi elektronik tidak hanya memegang peranan 
yang sangat strategis dalam membentuk SDM akan tetapi juga berbagai unsur pembangun. Integrasi berbagai
 informasi yang ada dilapangan akan menjadi sangat strategis sekali sifatnya dalam melakukan perencanaan / antisipasi
 dan pengendalian. Hal ini sangat diperlukan untuk melakukan melakukan justifikasi kebijakan-kebijakan pada tingkat nasional maupun regional. Tanpa didukung sistem informasi yang integral akan sulit sekali bagi berbagai unsur pembangun untuk melakukan antisipasi maupun perencanaan pembangunan untuk jangka panjang [1][2][3][4].
            Mengapa kami memilih jaringan komputer tanpa kabel sebagai topik utama? Mungkin menarik kita simak trend teknologi komunikasi di tahun 1994 dan mendatang yang diprediksi oleh IEEE Spectrum [5]. Spectrum melihat
 bahwa ternyata untuk Asia (termasuk Indonesia) sistem komunikasi cellular dan radio sangat berkembang pesat.
 Hal ini
 sangat berbeda dengan perkembangan yang ada di dunia barat. Perkembangan yang pesat dari teknologi komunikasi 
cellular dan radio ini dikarenakan kapasitas telepon terpasang di Asia (termasuk Indonesia) sangat tidak memadai permintaan 
yang ada [5][6]. Di samping itu, penggunaan radio menjadi menarik dengan dimungkinkannya melakukan integrasi
 dengan 
ISDN [7]. Hal-hal ini ternyata juga telah memicu terbentuknya jaringan komputer tanpa kabel di dunia perguruan tinggi & 
penelitian di Indonesia karena biaya yang dibutuhkan relatif murah dan memungkinkan untuk mengembangan 
aringan 
secara cepat dengan teknologi yang sederhana dan dapat dibuat sendiri di Indonesia.
            Dalam perkembangannya, keberadaan jaringan komputer yang dibangun di perguruan tinggi dan lembaga 
enelitian di Indonesia yang telah beroperasi selama hampir tiga tahun belakangan ini, yang dikenal dengan sebutan jaringan komputer Paguyuban, ternyata telah menarik berbagai pihak industri maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk bergabung. Hal ini secara langsung merupakan langkah menuju proses link & match yang sering didengungkan belakangan ini [8]. Dengan adanya sarana konferensi elektronik maupun surat elektronik, proses link & match menjadi sangat efisien sehingga berdampak sangat positif pada penyiapan SDM yang sangat diperlukan bagi pembangun jangka panjang di Indonesia.
            Tulisan ini akan menyoroti jaringan komputer Paguyuban yang sudah beroperasi selama hampir tiga tahun
 dan terus berkembang. Jaringan Paguyuban merupakan sebuah jaringan komputer non-profit untuk pendidikan dan penelitian yang saat ini sifatnya informal. Berbagai aspek baik yang sifatnya konseptual dari sudut sistem informasi maupun strategi implementasi konsep tsb. ke masyarakat akan dibahas berdampingan dengan aspek teknologi berupa berbagai alternatif perangkat yang mungkin digunakan maupun diproduksi di Indonesia beserta kemungkinan menggunakan teknologi packet radio untuk hubungan internasional maupun integrasi dengan teknologi jaringan 
komputer komersial yang beroperasi saat ini.

KEADAAN JARINGAN KOMPUTER PACKET RADIO DI INDONESIA

            Tanpa diketahui oleh banyak orang, di Indonesia telah berkembangan sebuah jaringan komputer wilayah
 luas yang sebagian besar menggunakan keluarga protokol Transmission Control Protocol / InterNet Protocol (TCP/IP) 
an sebagian kecil UUCP (Unix-to-Unix Copy Program) yang telah beroperasi selama hampir tiga tahun [1][2][3]. 
Umumnya untuk komunikasi jarak jauh digunakan media komunikasi radio karena relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan leased line yang ditawarkan badan komersial. Jaringan ini adalah jaringan komputer informal yang mempunyai nama "Paguyuban Network" dan mempunyai wilayah operasi mengkaitkan wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan terus berkembang. Beberapa usaha yang sistematis sedang dilakukan untuk membentuk wadah yang lebih formal yang sifatnya assosiasi antar lembaga yang berfungsi untuk memperjuangkan kepentingan bersama para aktifis jaringan komputer Paguyuban pada tingkat nasional. Pembentukan wadah formal harus dipikirkan masak-masak untuk tidak menambah beban birokrasi yang menghambat perkembangan jaringan komputer Paguyuban ini.
            Jaringan komputer Paguyuban saat ini beroperasi menghubungkan berbagai perguruan tinggi, seperti, UI, ITB, UGM, ITENAS, STT-Telkom, PEDC; Lembaga penelitian, seperti, LAPAN, BPPT, LIPI (Bandung & Jakarta); Lembaga-lembaga negara, seperti, kantor menteri Lingkungan Hidup, kantor menteri perindustrian, BAPPENAS,
 BAKOSURTANAL; Juga beberapa industri / lembaga komersial, seperti PT. USI/IBM, PT. Agung Teknik, PT. INTI, PT. LEN Industri dll. Di samping itu, cukup banyak lembaga / instansi yang sedang menyiapkan sumber daya manusianya untuk bergabung dalam jaringan komputer Paguyuban ini, antara lain, UNPAD, STT-SFB, ITI, UII, IKIP Jogya, ITS, UKSW, UNIBRAW, UNHAS, UNPATTI, UNCEN, UNHALU, IPTN, PUSPITEK Serpong, Univ. Petra Surabaya, ASPEK dll.
            Di samping jaringan yang sifatnya nasional, ada beberapa saluran internasional yang beroperasi, antara lain,
 saluran UUCP melalui PUSILKOM-UI; saluran SKDP ke Aachen University melalui BPPT (IPTEK-NET); saluran melalui satelit geostasioner ETS-V yang langsung menghubungkan Lab. Radar EL-ITB ke CRL/NASDA di Jepang; 
saluran melalui VITASAT (satelit berorbit rendah & polar) melalui stasiun bumi milik Pusat Penelitian Teknologi Transportasi (Prof. Dr. Iskandar Alisyahbana) yang terletak di Sukabumi / Bogor [1][2]. Untuk jelasnya mengenai
 topologi jaringan tulang punggung data jarak jauh dari jaringan Paguyuban dapat di lihat pada gambar (1). Media komunikasi jarak jauh yang digunakan adalah media komunikasi radio karena media ini memungkinkan untuk
 membangun jaringan dalam wilayah luas dengan biaya operasional sekecil mungkin. Sebagian besar peralatan
 maupun perangkat lunaknya sudah mulai dapat diproduksi sendiri di Indonesia. Bahkan perangkat lunaknya dapat diperoleh secara cuma-cuma (gratis) dari para aktifis jaringan komputer Paguyuban. Pada operasi sebenarnya, jaringan tulang punggung ini dihubungkan pada berbagai Local Area Network (LAN) yang beroperasi di berbagai instansi di dikaitkan. Sehingga total pemakai jaringan itu sendiri sangat besar.
Gambar 2. Kondisi jaringan komputer menggunakan teknologi packet radio di ITB
preview_html_46e0229c.gif (146×110)
    Pada saat makalah ini ditulis (May 1994), dalam lingkungan ITB sendiri sudah cukup banyak unit yang terkait, antara lain, beberapa lab. di lingkungan EL-ITB, PAU-ME-ITB, TI-ITB, ARC-ITB, HME-ITB, PEDC-ITB, GAMAIS-SALMAN, PPLH-ITB, PIKSI-ITB, IF-ITB, FI-ITB. Yang saat ini sedang mempersiapkan diri untuk mengkaitkan diri ke jaringan Paguyuban ini, antara lain, IDC-ITB, PUSTENA-SALMAN, POLBAN-ITB. Kegiatan pengembangan yang dilakukan di ITB sifatnya sangat informal dan dimotori secara langsung oleh staf-staf di PAU Mikroelektronika dan Jurusan Teknik Elektro ITB. Saat ini kami di ITB telah mencanangkan untuk membuka server-server informasi yang dapat diakses secara langsung dan cuma-cuma yang berisi hasil-hasil penelitian yang kami lakukan. Gambaran umum jaringan komputer di ITB yang umumnya berbasis packet radio diperlihatkan pada Gambar (2).

APLIKASI/KEUNTUNGAN JARINGAN KOMPUTER DIPANDANG DARI SUDUT PRAGMATIS
            Pertanyaan yang sering dilontarkan tentang jaringan Paguyuban ini, antara lain adalah - apa keuntungan / 
kegunaan utama jaringan ini? Untuk menjawab pertanyaan jenis ini ada baiknya kita membahas sedikit tentang
 berbagai "tool" aplikasi yang tersedia dan banyak digunakan dalam jaringan komputer, antara lain:

   •        Surat elektronik (E-mail), yang merupakan alternatif aplikasi untuk mengirimkan surat secara elektronik menggunakan komputer sehingga jauh lebih cepat dan effisien dibandingkan jasa Pos maupun FAX.
 Di samping itu, keberadaan fasilitas surat elektronik dapat mempercepat proses interaksi antar lembaga karena


   •        Pengiriman / transfer file, fasilitas pengiriman berkas elektronik. Berkas yang dikirim dapat
 berupa program-program komputer maupun tulisan dalam format yang digunakan oleh program pemroses kata.
 Hal ini sangat membantu dalam mempermudah pekerjaan terutama dalam pengiriman laporan / proposal 
maupun hasil kerja berupa perangkat lunak / disain dalam media elektronik. Di samping itu, beberapa pusat aktifitas jaringan komputer Paguyuban sedang menyiapkan pusat data yang cukup besar yang bisa diakses melalui jaringan komputer, seperti:
              m      IPTEK-NET - fasilitas data base penelitian di Indonesia.
              m      PDII LIPI - fasilitas data base.
              m      PAU Mikroelektronika ITB - CD-ROM dan harddisk 1.2Gbyte.
              m      PUSILKOM-UI - CD-ROM.

   •        Diskusi / konferensi elektronik, merupakan media konferensi yang dapat dilakukan secara terus-menerus tanpa terikat pada dimensi ruang dan waktu sehingga sangat effektif untuk penggunaan sebagai media transfer teknologi, pendidikan jarak jauh, koordinasi antar lembaga, koordinasi pengembangan wilayah yang melibatkan banyak orang sekaligus yang tersebar dalam wilayah yang sangat luas. Saat ini ada beberapa diskusi elektronik yang cukup aktif dijalankan di jaringan komputer Paguyuban, antara lain:
              m      id.pau.mikro - merupakan kelompok diskusi para karyasiswa Indonesia di luar negeri yang mengkhususkan diri pada masalah mikroelektronika & komputer.
              m      id.net.sysop - kelompok diskusi elektronik aktifis jaringan komputer Paguyuban tentang masalah teknologi jaringan komputer maupun koordinasi operasinal jaringan.

   •        Fasilitas untuk remote login, memungkinkan untuk menggunakan mesin-mesin komputer yang berada pada lokasi yang jauh. Hal ini akan sangat menguntungkan jika diperlukan akses ke komputer-komputer yang mempunyai spesifikasi khusus yang sangat jarang di Indonesia. Sebagai gambaran, misalnya BPPT / IPTN mempunyai super komputer Cray maka para peneliti / pengguna Cray di luar jawa tidak perlu menghabiskan biaya perjalanan ke Jakarta atau Bandung hanya untuk menggunakan mesin Cray tsb. Hal ini akan sangat menghemat waktu maupun biaya.

   •        Basis data yang terdistribusi, merupakan program aplikasi yang memungkinkan untuk mengkoordinasikan basis data yang tersebar diberbagai instansi / komputer sehingga mudah sekali bagi pengguna jaringan dalam mencari informasi / data. Keseluruhan proses dijalankan secara otomatis dan transparan bagi pengguna jaringan, sehingga sangat memudahkan operasi basis data terdistribusi tsb. Fasilitas ini sedang diaktifkan menggunakan program Gopher, yang antara lain akan di operasikan di IPTEK-NET (BPPT), lingkungan ITB, lingkungan PDII-LIPI.

Berdasarkan "tool" yang dijelaskan diatas, dapat diturunkan beberapa aplikasi jaringan komputer Paguyuban 
yang saat ini sedang berjalan secara aktif, antara lain:

  •         Adanya kecenderungan penggunaan jaringan komputer khususnya yang melibatkan berbagai instansi / lembaga dalam wilayah yang sangat luas terutama memudahkan interaksi secara personal dan tidak dibebani
 oleh birokrasi yang sering kita dapati diberbagai lembaga / instansi yang ada.

  •         Adanya usaha yang sistematis sedang berjalan dengan pesat untuk melakukan transfer teknologi yang di bantu oleh rekan-rekan karyasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri melalui jaringan komputer InterNet.

  •         Usaha yang sistematis dalam membentuk industri kecil / menengah untuk menunjang penyediaan peralatan maupun SDM bagi pengembangan lebih lanjut jaringan komputer Paguyuban. Hal ini sangat penting & strategis terutama untuk melepaskan ketergantungan Paguyuban Network pada perangkat dari luar negeri.

Adalah cita-cita kami untuk membangun sebuah jaringan komputer di Indonesia yang terkait pada InterNet. Saat ini beberapa orang di Indonesia (termasuk kami) bertindak sebagai koordinator IP address untuk jaringan komputer TCP/IP di Indonesia. Hal ini nantinya akan memudahkan Indonesia jika suatu saat nanti jaringan TCP/IP yang ada akan bergabung ke InterNet. Beberapa alternatif konsep dan strategi penggunaan jaringan komputer sebagai media pembangunan telah dikemukakan, konsep-konsep ini kami coba tuangkan dalam beberapa bagian dibawah ini.

KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH/MASYARAKAT BERBASIS SISTEM INFORMASI
            Konsep yang kami pikirkan untuk membangun sistem perekonomian berbasis jaringan komputer adalah dengan menggunakan informasi semaksimal mungkin untuk membangun masyarakat atas inisiatif masyarakat itu sendiri yang bertumpu pada pranata ekonomi yang ada. Pendekatan ini diharapkan agar dapat menjamin kesinambungan perkembangan sistem maupun perekonomian tersebut. Konsep ini bertumpu pada pengembangan wilayah yang bertumpu pada masyarakat itu sendiri. Secara konseptual sistem informasi berbasis jaringan komputer khususnya yang berkaitan dengan pengembangan wilayah / masyarakat dapat kita pandang dari dua arah / pendekatan, yaitu:

  •         Pendekatan struktural.
  •         Pendekatan fungsional.



  Secara struktur kita dapat melihat sebuah sistem informasi berbasis jaringan komputer secara berlapis. Lapisan konseptual lapisan sistem informasi berbasis jaringan komputer dapat dilihat pada gambar (3). Secara umum dapat kita bagi dalam empat lapisan utama, yaitu: 

•   Lapisan fisik berupa peralatan komputer yang terkait dalam sebuah jaringan komputer.
 •  Lapisan perangkat lunak aplikasi penunjang, dapat berupa dBase, spread sheet dll.
 • Lapisan aplikasi sistem informasi, seperti Geographics Information System (GIS), Management Information System (MIS).
 •  Lapisan konseptual berupa Sistem Informasi Eksekutif (SIE) dan/atau Expert System (ES) untuk mempercepat proses pengambilan keputusan & kebijaksanaan.

            Umumnya pengambil kebijaksanaan atau praktisi lapangan di Indonesia sudah cukup mahir untuk menguasai teknik-teknik pada dua lapisan teratas dalam konsep sistem informasi yang mengkaitkan wilayah luas. Akan tetapi masih perlu banyak pemikiran / usaha untuk mengintegrasikan kedua lapisan aplikasi dan konseptual diatas dengan lapisan fisik jaringan komputer yang memungkinkan efisiensi pengembangan sistem informasi yang meliputi wilayah luas tanpa perlu terikat secara fisik pada dimensi ruang dan waktu. Bayangkan bahwa seorang perencana pembangunan, investor, bankir di Indonesia cukup dengan menekan sebuah tombol komputer dapat langsung mengetahui kondisi perekonomian dalam wilayah yang luas yang selalu ter-audit dan di up-date setiap hari. Tentunya hal yang dibayangkan tadi masih jauh dari kenyataan, akan tetapi beberapa usaha sistematis untuk melakukan integrasi sistem informasi, seperti, GIS dan MIS, dengan jaringan komputer sedang dilakukan dengan kerjasama multi-disiplin, antara lain oleh, PPLH-ITB, Program Study S2 Pembangunan ITB, PAU Mikroelektronik
            Strata informasi perlu diperhatikan secara seksama dalam implementasi konsep ini. Ada informasi-informasi tingkat lokal yang sifatnya operasional yang tidak terlalu berpengaruh pada kebijaksanaan tingkat regional maupun nasional. Jadi topologi fisik jaringan perlu dipikirkan untuk disesuaikan dengan strata informasi yang dibutuhkan. Pada umumnya, kepadatan arus informasi akan cukup padat pada strata lokal, pada tingkat yang lebih tinggi arus informasi relatif lebih rendah dibandingkan tingkat yang dibawahnya karena adanya proses filtering terhadap informasi tingkat lokal sehingga hanya informasi-informasi yang sangat berpengaruh terhadap kebijaksanaan tingkat regional / nasional yang perlu ditransmisikan pada jaringan tulang punggung tingkat regional / nasional. Strata informasi ini dapat dilihat sebagai sebuah segitiga informasi pada gambar (4). Untuk lebih membumikan konsep di atas, ada baiknya dibahas secara lebih rinci contoh aplikasi lapangan yang sedang berjalan saat ini.
            Aplikasi jaringan komputer yang akan diketengahkan pada kesempatan ini adalah konsep penggunaan jaringan komputer untuk mengkaitkan sistem koperasi untuk menumpu sistem perekonomian. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengangkat tujuan / fungsi sebuah sistem informasi untuk mencapai pemerataan pendapatan dalam sebuah masyarakat [9]. Kondisi ini mungkin dicapai dengan menyempitkan berbagai jurang sosial-ekonomi yang ada, seperti yang tampak dengan jelas saat ini adanya perbedaan tingkat sosial, ekonomi maupun pendidikan antar wilayah di Indonesia. Sayangnya, acuan keberhasilan pembangunan yang umum dipakai, seperti GNP, sifatnya sangat global yang akhirnya cenderung untuk mengadopsi berbagai kebijaksanaan yang bersifat memaksimalkan hasil produksi dan pemasaran secara nasional. Hal tsb. diatas secara tidak langsung menyembunyikan berbagai permasalahan sosial-ekonomi pada tingkat keluarga, wilayah maupun sektor informal. Pada kesempatan ini kami mencoba membahas sebuah pemikiran untuk mengaplikasikan jaringan komputer / sistem informasi untuk pembangunan masyarakat pedesaan [9]. Konsep ini diharapkan tidak hanya mengacu para referensi-referensi global seperti GNP tetapi juga pada refensi-referensi lokal pada tingkat keluarga yang dibantu dengan adanya informasi yang direkam oleh keberadaan jaringan komputer. Tentunya pemikiran ini tidak hanya terbatas pada pengembangan pedesaan tapi dapat ditranslasikan pada penggunaan lainnya seperti pembangunan industri kecil / menengah maupun SDM pada tingkat D1-D3. Konsep ini pengembangan wilayah pedesaan berbasis sistem informasi yang ditumpangkan pada jaringan pra-koreasi simpan-pinjam sedang dalam proses implementasi di daerah Jasinga, Jawa Barat dengan dimotori oleh Prof. Hasan Poerbo, PPLH-ITB.
            Bagaimana kemungkinan implementasi konsep diatas? Dua hal yang cukup menentukan dalam implementasi konsep diatas, yaitu:

   •        pembiayaan proses yang berjalan
   •        pemilihan teknologi informasi yang tepat

Institusi ekonomi tingkat pedesaan seperti pra-koperasi simpan pinjam mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengatasi berbagai permasalahan ekonomi regional yang ada. Agar sistem (jaringan informasi untuk pengembangan wilayah pedesaan) tidak tergantung dari atas, pembiayaan sistem yang disarankan dapat langsung diperoleh dari assosiasi pra-koperasi itu sendiri dengan memakai "bunga" pinjaman sebagai modal. Tentunya dibutuhkan jumlah anggota minimal dalam pra-koperasi ini (misalnya 25 kepala keluarga) agar dapat tetap hidup tanpa perlu bantuan dari luar. Sebuah assosiasi pra-koperasi dengan anggota 20-30 pra-koperasi cukup mudah menyediakan dana sebesar 4-6 juta rupiah per-tahun untuk membiayai sistem informasi antar pra-koperasi.
            Pemilihan teknologi informasi sangat tergantung pada kondisi masyarakat yang ada. Kondisi pedesaan yang ada tampaknya tidak memungkinkan untuk menggunakan komputer mikro (laptop) di tingkat pra-koperasi. Akan tetapi cukup mudah bagi kita untuk mendidik lulusan sekolah menengah di pedesaan untuk mengoperasikan sebuah komputer laptop. Sebuah komputer laptop dapat diperoleh dengan dana sebesar 1.5-2 juta rupiah, sisa dana dapat digunakan untuk biaya operasi bagi operator tamatan sekolah menengah ini untuk berkeliling ke pra-koperasi serta mengumpulkan data setiap bulan. Dalam assosiasi pra-koperasi tingkat kecamatan atau kabupaten jaringan informasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang relatif lebih canggih seperti menggunakan teknologi jaringan komputer menggunakan radio (paket radio) [10][11].
            Bayangkan apa yang mungkin kita peroleh dengan mengkaitkan dengan informasi yang ada pada proses simpan pinjam pada institusi ekonomi tingkat pedesaan seperti pra-koperasi simpan pinjam, misalnya:

  •         Informasi yang ada dapat berupa penghasilan yang diperoleh (misalnya dari hasil bumi), keadaan sumber penghasilan anggota pra-koperasi dll. Dengan menggabungkan informasi yang ada dari berbagai pra-koperasi di suatu wilayah, keadaan wilayah dapat ditela'ah. Informasi ini akan sangat berguna bagi pengambilan keputusan-keputusan untuk mengembangkan wilayah yang dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi maupun untuk menarik investasi dari luar ke dalam suatu wilayah (dalam hal ini wilayah pedesaan).

  •         Pola penggunaan sumber daya lokal. Pola ini dapat digunakan untuk melakukan prediksi sederhana, misalnya, menggunakan teknik-teknik regresi yang dikaitkan dengan pemrograman linier. Bertumpu pada data pra-koperasi yang terintegrasi dan teraudit dengan baik, prediksi dapat dilakukan untuk banyak hal, seperti:

              m      Estimasi tingkat bunga yang cukup aman untuk melakukan investasi yang menguntungkan semua pihak.
              m      Pola perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya lokal maupunm dalam melakukan operasi ekonomi.
              m      Alokasi dana pada tingkat keluarga dan wilayah. Konsep pengembangan wilayah yang kami pikirkan bertumpu pada pengkaitan informasi dalam sistem pra-koperasi simpan-pinjam. Informasi khususnya tentang peri-kehidupan ekonomi anggota koperasi dapat secara tidak langsung dicerminkan dari kegiatan simpan pinjam yang dilakukan.
              m      Study pola investasi yang terbaik yang mungkin dilakukan pada suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan masyarakat maupun sumber daya yang ada pada wilayah tersebut.

  •         Di tinjau dari sumber pinjaman. Bank melalui jaringan komputer dapat melayani jaringan assosiasi pra-koperasi tingkat pertama, dengan performance collateral yang didasarkan atas informasi dari komputer laptop yang di-audit. Jika diperlukan, audit ditingkat pra-koperasi dapat juga dilakukan secara acak tetapi periodik. Pinjaman diberikan pada asosiasi, yang kemudian menyalurkannya pada anggota atas dasar tanggungan sambung-renteng.

  •         Tapi sumber pinjaman tidak hanya bank, melainkan dari interlending di tingkat asosiasi pertama dan kedua, jika ada mungkin asosiasi tingkat ke tiga dst. Bank juga akan memberikan pinjaman pada tingkat-2 yang bersangkutan menurut besarnya asosiasi. Hal ini dapat merupakan investasi yang bertingkat, semakin tinggi asosiasinya, semakin besar dana yang dapat dipinjam. Jadi sesuai dengan konsep PIR yang terbalik, seluruh proses dikendalikan dari bawah (bottom-up approach). Implikasi konsep ini adalah untuk mengadakan integrasi ekonomi lokal pada ekonomi regional, pemerataan, dsb.

  •         Arus informasi juga dapat berbalik, dibawa oleh komputer laptop dari atas ke bawah, misalnya:

              m      Informasi pasaran komoditi yang tentunya sangat menguntungkan bagi masyarakat pedesaan yang memungkinkan mereka untuk mengakses langsung pasar komoditi dan dapat memilih sendiri harga yang paling menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri.
              m      Peraturan-peraturan yang ada, bahkan mungkin dilakukan interaksi antara pihak pembuat peraturan dengan masyarakat itu sendiri agar diperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi masyarakat tersebut.
              m      Berbagai teknologi tepat-guna yang akan sangat berguna bagi proses pembangunan fisik di pedesaan. Yang penting untuk dipahami adalah kemungkinan untuk melakukan interaksi secara aktif dengan para ahli di luar daerah pedesaan yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan proses implementasi teknologi tepat guna tersebut.
              m      Dakwah
              m      Informasi mengenai masalah organisasi dan manajemen.

            Tentunya masih banyak lagi informasi yang mungkin mengalir dari atas. Yang penting disini adalah pengembangan fungsi yang sangat strategis: Technical & Management Service Organization, dimana operator laptop merupakan perantara anggota pra-koperasi dengan para ahli dan dunia luar. Operator laptop ini yang mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan, dimasukan dalam komputer laptop dan jawaban dari tenaga ahli diluar disampaikan tertulis melalui komputer laptop. Ditambah dengan program radio dan koran masuk desa, bukan mustahil akan terjadi revolusi informasi di pedesaan.

  •         Sistem jaringan informasi pra-koperasi ini dapat pula dihubungkan dengan pembangunan wilayah yang didasarkan atas mobilisasi sumberdaya lokal, yang dipertemukan dengan sumberdaya luar yang terkendalikan dari bawah. Atau setidaknya, yang dari bawah terorganisasikan untuk mengadakan collective bargaining, ditunjang oleh informasi yang meyakinkan dengan kekuatan moneter yang ter-audit dengan baik. Secara keseluruhan sistem yang dikembangkan dapat melakukan interfacing dengan sistem pembangunan / perencanaan pembangunan nasional dengan kontrol yang lebih ketat dari bawah maupun atas sehingga dapat diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih memuaskan banyak pihak khususnya masyarakat pedesaan.


  •         Selanjutnya, mari kita telaah sistem yang dikembangkan sebagai sistem kebijaksanaan yang sifatnya nasional. Sistem yang kami pikirkan berbeda dengan sistem koperasi konvensional yang kita kenal, dimana informasi yang ada umumnya terbelenggu pada tingkat pra-koperasi / koperasi dan relatif tertutup bagi sistem diatasnya. Dapat dibayangkan, dalam sistem ini kita mendapatkan GIS (Geographic Information System) secara gratis sebagai hasil sampingan. Caranya dengan memasukkan setiap bulan tambahan satu atau dua variabel ke dalam komputer, pada saat melayani anggota pra-koperasi. Integrasi GIS dengan jaringan komputer radio memungkinkan untuk memperoleh data informasi yang akurat dalam waktu singkat yang memudahkan proses perencanaan pembangunan. Hal ini dimungkinkan karena adanya partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan self-survey GIS.

            Dengan adanya aktifitas penelitian di PPLH-ITB dalam melakukan mapping menggunakan teknologi small format areal photopgraphy yang relatif murah dapat kita bayangkan bahwa GIS yang dikembangkan mungkin dapat juga meliputi Land Information System (LIS) yang sifatnya strategis. Masalah transmisi data berjumlah besar yang dibutuhkan dalam GIS dan LIS sebetulnya tidak menjadi masalah yang cukup menghambat apalagi dengan dikembangkannya sistem packet radio kecepatan tinggi yang akan diketengahkan di akhir tulisan ini.
             Gambaran konseptual dari pemikiran ini diperlihatkan pada Gambar (5). Konsep pengembangan wilayah berbasis sistem informasi atas inisiatif masyarakat itu sendiri saat ini sedang dalam tahap implementasi oleh kelompok yang dipimpin oleh Prof. Hasan Poerbo, PPLH-ITB di daerah Jasinga (Antara Bogor dan Banten). Sifat penelitian adalah Partisipatory Action Research yang didukung oleh Canadian International Development Agency (CIDA) dan World Bank.
            Tentunya untuk merealisasikan konsep ini perlu dijustifikasi dengan usaha-usaha sistematis dalam melakukan dukungan teknis peralatan yang digunakan. Usaha untuk membangun industri penunjang maupun penguasaan teknologi yang diperlukan akan dijelaskan secara lebih rinci pada bagian selanjutnya.

KONSEP ORGANIZED DEMAND CREATED SUPPLY
            Selanjutnya, kami akan mencoba menganalisa langkah / strategi / konsep yang secara tidak tertulis telah dijalankan dalam mengimplementasikan teknologi jaringan komputer packet radio ke masyarakat. Secara konseptual proses implementasi teknologi jaringan komputer ke masyarakat lebih mendekati pendekatan secara demand yang bertumpu pada inisiatif masyarakat itu sendiri untuk menyediakan supply peralatan maupun instalasi yang dibutuhkan. Konsep ini mendekati sebuah konsep organized demand created supply yang mempunyai effek yang sangat effektif dalam menjaga kesinambungan proses perkembangan jaringan komputer yang dibangun. Secara umum dalam proses pengembangan jaringan komputer Paguyuban ini ada tiga buah unsur pokok yang penting, yaitu [4][12]:

   •        Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
   •        Penguasaan/pengembangan/penyebaran ilmu pengetahuan.
   •        Pembentukan pra-sarana logistik/industri penunjang.

Dari ketiga unsur diatas, kemampuan dan motivasi SDM merupakan kunci utama keberhasilan seluruh program yang ada. SDM ini dapat kita pandang dari sudut demand maupun supply. Tentunya kemampuan untuk melakukan perkembangan secara berkesinambungan akan dapat dijamin jika sisi demand dapat secara mandiri menumpu sisi supply yang diperlukan olehnya. Konsep ini dikenal sebagai organized demand created supply yang ditujukan untuk membangun secara mandiri tanpa banyak tergantung dari luar. Barangkali mirip dengan pepatah Cina agar "memberikan kail daripada ikan". Beberapa asumsi dasar yang mendekati sebagian besar kondisi lapangan yang ada, adalah:

   •        Tidak ada sumber daya manusia yang betul-betul ahli dalam masalah praktis jaringan komputer (baik dari segi perangkat keras, perangkat lunak maupun manajemen).
   •        Tidak ada industri penunjang untuk memperoleh perangkat keras / perangkat lunak untuk keperluan jaringan yang dibutuhkan (diproduksi) di dalam negeri.
   •        Harga perangkat komputer mikro (PC) di pasaran Indonesia dapat terjangkau oleh sebagian besar institusi/organisasi peserta jaringan.
   •        Umumnya tidak disediakan dana khusus di lembaga-lembaga di Indonesia untuk keperluan pengembangan jaringan komputer.
   •        Teknologi paket radio akan digunakan sebagai tumpuan utama untuk mebangun jaringan komputer di Indonesia karena sifatnya yang sederhana dan sangat decentralized sehingga bisa mematahkan monopoli sehingga memungkinkan untuk bottom-up development.
   •        Sedapat mungkin mendayagunakan semaksimal mungkin sumber daya (manusia & peralatan) yang sudah ada di lembaga/institusi tersebut.

Beberapa konsekuensi dan hal-hal yang perlu dipikirkan dengan adanya asumsi di atas adalah:

   •        Titik berat strategi ini diharapkan untuk mengarah pada strategi-strategi untuk mengembangkan kemampuan & motivasi SDM di Indonesia.
   •        Sedapat mungkin mendayagunakan prasarana & kemampuan yang sudah ada. Kemampuan lobbying akan menjadi penting untuk mengintegrasikan prasarana / kemampuan yang ada & tersebar dibanyak instansi/organisasi menjadi satu kesatuan.
   •        Usaha yang sistematis dalam menyakinkan para birokrat & politisi ditingkat pusat tentang potensi yang ada pada konsep jaringan komputer berbasis teknologi packet radio.
   •        Sedapat mungkin melakukan lobby-lobby tingkat internasional maupun nasional (mis. melalui konperensi internasional) untuk memperoleh dukungan/dana yang tidak mengikat dari lembaga/industri (contoh: UNDP, CIDA, IDRC, JSPS, VITA, dll). Ini penting untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada satu sumber dana untuk menjamin kelangsungan pembangunan.

Beberapa tujuan jangka pendek yang ingin dicapai dari strategi yang akan digunakan ini adalah:

   •        Membentuk dasar-dasar untuk membangun jaringan komputer di Indonesia yang sustainable (berlanjut) dan self-financing. Kemampuan dan motivasi dari sumber daya manusia yang tersedia akan menjadi tumpuan utama dari perkembangan ini (bukan kecanggihan peralatan yang digunakan).
   •        Membentuk dasar untuk pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menumpu perkembangan jaringan.
   •        Melakukan reverse engineering (dari perangkat yang tersedia di public domain) dengan SDM yang ada untuk memperoleh pengalaman.
   •        Mencari alternatif perangkat keras/perangkat lunak/pra-sarana komunikasi yang akan dipakai.
   •        Memberikan dasar-dasar untuk membangun dari bawah bagi industri kecil/industri rumah yang dibutuhkan untuk menumpu perangkat keras/perangkat lunak yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan.
   •        Mencari alternatif strategi/jalan untuk melepaskan diri dari ikatan/ketergantungan yang mungkin akan menghambat perkembangan jaringan.

Mari kita lihat lebih lanjut beberapa sumber daya yang sudah ada dan mungkin digunakan/ dikembangkan lebih lanjut untuk membangun jaringan komputer menggunakan radio di Indonesia.

   •        Jaringan komputer Paguyuban sebagai lembaga informal dapat menjadi lembaga pendamping masyarakat dalam mendorong terbentuknya jaringan komputer selama ini & dimasa mendatang.
   •        Perangkat lunak NOS (+ source code + executable) yang ada di amatir radio dapat diperoleh secara cuma-cuma untuk keperluan pendidikan & penelitian (untuk komersial sifatnya shareware $50) [13].
   •        Rancangan beberapa perangkat keras di amatir radio dapat diperoleh di public domain untuk keperluan non-komersial (seperti SCC-card).
   •        Paling tidak dua perguruan tinggi utama di Indonesia ITB & UI dapat menjadi sarana untuk mengembangkan SDM (program S1/S2/S3) untuk menumpu pengembangan jaringan komputer.

STRATEGI MEMBANGUN INDUSTRI KECIL / MENENGAH PENUNJANG.
            Industri kecil / menengah sangat menarik untuk menjadi tumpuan dari perkembangan jaringan komputer Paguyuban terutama jika kita kaitkan dengan konsep organized demand created supply diatas. Ada beberapa sifat yang menarik dari industri kecil / menengah:

   •        Industri kecil / menengah mempunyai potensi untuk dibina kedalam sebuah sistem sub-contracting secara kooperative sehingga mengurangi beban yang ada di industri besar.
   •        Gross capital employed / fixed capital stock yang lebih tinggi daripada industri besar yang berarti perputaran modal industri kecil yang lebih cepat daripada industri besar.
   •        Gross profit ratio industri kecil umumnya lebih besar daripada industri besar. Bahkan bukan mustahil perbedaan upah pekerja industri kecil dan industri besar dapat dipersempit seperti halnya yang terjadi di Jepang.
   •        Industri kecil / menengah mempunyai sifat yang tidak dapat dengan mudah di monopoli. Di samping itu, industri ini yang merupakan tumpuan langsung bagi kehidupan rakyat kecil di Indonesia.
   •        Cukup banyak amatir radio yang bergerak secara informal di industri per-radio-an. Hal ini merupakan SDM yang tidak bisa dikesampingkan.
   •        Proses pembentukan industri kecil / menengah lebih banyak ditentukan oleh manusia-nya yang akan memproduksi alat / barang bukan semata-mata oleh struktural peraturan pemerintah / dana.

Beberapa kekuatan dan sumber daya yang sudah ada dan mungkin dikembangkan dan diminta bantuannya untuk mendukung pengembangan jaringan komputer menggunakan radio adalah:

   •        Departemen Koperasi dan industri kecil di Indonesia harusnya sudah cukup banyak berkecimpung dalam bidang ini. Insya Allah, hal ini dapat merupakan sumber daya yang cukup bisa di andalkan.
   •        Ada beberapa NGO/LSM yang bergerak di Industri kecil, seperti PUPUK dan Yayasan Mandiri, yang umumnya dimotori oleh para alumni ITB.
   •        Ada kelompok peneliti/NGO yang bergerak dibidang teknologi tepat guna, seperti:
               m     Pusat Penelitian Teknologi (DTC).
               m     Pusat Penelitian Transportasi (Pak Iskandar Alisyahbana).
   •        Kelompok peneliti yang bergerak di bidang telnologi elektronika/mikroelektronika, seperti,
               m     PAU mikroelektronika ITB.
               m     Lab. Radar, Jurusan Teknik Elektro, ITB
   •        Industri kecil / menengah elektronika di Indonesia cukup cukup berkembang, misalnya, di Bandung yang bertumpu pada pasar Cikapundung dan di Jakarta, yang lebih bersifat komersial / konglomerat di Glodok.

            Secara umum kita dapat menggunakan konsep organisasi matrix dalam sekala besar yang mengkaitkan antara lembaga-lembaga yang menjadi sumber pengetahuan seperti perguruan tinggi & LSM dengan industri-industri kecil sebagai muara dari teknologi. Integrasi dan pembinaan dapat dilakukan secara effisien menggunakan jaringan komputer yang ada.
            Yang mungkin menarik untuk disimak, kebanyakan NGO/LSM yang ada umumnya dimotori oleh orang-orang yang cukup idealis dan berdedikasi (walaupun kadang-kadang cara berfikirnya tidak sama dengan instansi pemerintahan). Hal ini perlu dilihat dari sudut positif terutama dalam melihat alternatif-alternatif yang kemungkinan lebih effisien dan strategis untuk dapat berjalan tanpa perlu bergantung banyak dari perintah dari atas.

KELEMBAGAAN JARINGAN KOMPUTER DI INDONESIA.
            Untuk menunjang perkembangan jaringan komputer tentunya diperlukan semacam badan koordinasi (baik sifatnya formal maupun informal) yang memungkinkan untuk melakukan manajemen jaringan. Pemikiran telah dilakukan untuk membentuk sebuah lembaga yang bertugas menunjang operasi dan pengembangan jaringan. Tujuannya adalah memberikan dasar-dasar bagi lembaga pendukung jaringan komputer yang menitik beratkan pada kerjasama antara para pemakai jaringan untuk mendukung operasi jaringan. Adapun bentuk lembaga tidak penting, yang penting sifatnya harus dapat memungkinkan bagi para anggota untuk tetap bergerak & bekerjasama tanpa paksaan/ikatan. Asumsi yang digunakan:

   •        Sebuah kelembagaan hanya mungkin terbentuk jika didasari oleh rasa memiliki & membutuhkan dari anggotanya.
   •        Sebuah lembaga harus dapat melindungi & memperjuangkan kepentingan anggotanya khususnya pada tingkat nasional.
   •        Sebuah kelembagaan jaringan komputer harus dibuat sedemikian rupa agar mekanisme operasinya tidak menambah beban birokrasi pada perkembangan jaringan komputer Paguyuban.

Jika hal diatas tidak dapat dipenuhi sebaiknya lembaga jaringan komputer ini untuk sementara tidak dilembagakan secara formal.
            Beberapa kekuatan yang sudah ada saat ini dan mungkin dikembangkan lebih lanjut untuk menunjang perkembangan jaringan adalah:

   •        Paguyuban TCP/IP sebagai lembaga informal yang saat ini aktif bergerak membangun jaringan komputer di perguruan tinggi & lembaga penelitian.
   •        Amatir radio - sebetulnya merupakan salah satu kekuatan yang ada di Indonesia. Apakah mungkin para-birokrat di amatir radio dilibatkan disini? di samping banyak konstrain yang mengikat para operator amatir radio untuk melakukan relay berita.
   •        Banyak perusahaan/industri yang mempunyai jaringan komputer sendiri yang terkait dengan induk-nya di luar negeri.

Beberapa langkah strategis yang mungkin diambil dalam program jangka pendek:

   •        Paguyuban TCP/IP tampaknya akan merupakan awal sebuah lembaga jaringan komputer di Indonesia. Gerakan tidak perlu dilakukan secara drastis untuk merubah sifat paguyuban yang ada saat ini.
   •        Langkah awal ke arah terbentuknya lembaga jaringan komputer adalah manajemen / pengorganisasian keuangan untuk:
               m     sharing resources yang ada (terutama untuk telepon interlokal ke luar negeri).
               m     pengembangan jaringan (misalnya untuk mendirikan IP-switches, menaikan kecepatan, memperbaiki perangkat keras dll).
   •        Langkah selanjutnya adalah lobbying dengan berbagai instansi/NGO/LSM/perusahaan/ industri tentang kemungkinan penggabungan jaringan yang ada. Ini penting sekali sifatnya terutama ditinjau dari keberuntungan yang diperoleh bagi semua pihak yang terlibat. Dari sudut pembentukan sumber daya manusia di perguruan tinggi, contohnya:
               m     mahasiswa/dosen akan lebih mudah berinteraksi dengan industri & membuka wawasan pemikiran tentang masalah yang terjadi di Industri.
               m     Industri/instansi dapat memberikan masukan-masukan bagi perguruan tinggi tentang kebutuhan yang ada (baik sumber daya manusia / teknologi).

Menurut pandangan penulis, tampaknya bentuk kelembagaan yang paling mendekati sempurna untuk keperluan ini ada tiga macam, yaitu:

   •        Koperasi jaringan komputer: yang sifatnya non-profit & bertumpu pada kebutuhan dari anggota untuk anggota lainnya.
   •        Lembaga Swadaya Masyarakat bidang Teknologi jaringan komputer: yang fungsinya adalah mendampingi masyarakat / lembaga / instansi yang ingin bergabung ke jaringan.
   •        Lembaga yang sifatnya "pusat" barangkali lebih merupakan assosiasi dari berbagai lembaga yang tergabung dalam jaringan komputer. Sebaiknya diketuai oleh semacam board of director yang berfungsi sebagai steering committee dan sebagian besar kekuasaan tetap berada pada tangan anggota supaya tidak menambah beban birokrasi dalam jaringan yang nantinya mempersulit perkembangan jaringan.

Keberadaan ketiga jenis lembaga ini sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup jaringan komputer Paguyuban.

ARSITEKTUR JARINGAN KOMPUTER
Gambar 6. Arsitektur Jaringan Komputer TCP/IP




  Pada gambar (6) diperlihatkan arsitektur jaringan komputer yang sering di asosiasikan dengan jaringan komputer TCP/IP. Ada baiknya kita membahas sedikit tentang arsitektur jaringan ini sebelum nantinya membahas lebih lanjut berbagai masalah yang sifatnya praktis dalam pengembangan / pemilihan teknologi jaringan komputer. Umumnya arsitektur yang kita kenal dikuliah berbasis OSI/ISO, untuk melihat perbedaan yang ada akan dicoba untuk membahas secara lebih rinci fungsi berbagai unsur arsitektur jaringan komputer TCP/IP.
            Arsitektur jaringan komputer yang sering diassosiasikan dengan jaringan komputer TCP/IP terdiri atas lima lapisan protokol. Lapisan-lapisan ini adalah lapisan fisik, lapisan link, lapisan network, lapisan transport dan terakhir lapisan aplikasi. Arsitektur ini agak berbeda dengan konsep tujuh lapisan protokol yang sering kita kenal secara teoritis dalam konsep OSI/ISO [16][17].
            Dari kelima lapisan ini hanya physical layer yang merupakan perangkat keras selebihnya merupakan perangkat lunak. Physical layer merupakan media penghubung untuk mengirimkan informasi digital dari satu komputer ke komputer lainnya yang secara fisik dapat kita lihat. Berbagai bentuk perangkat keras telah dikembangkan untuk keperluan ini. Satu diantaranya yang cukup banyak digunakan untuk keperluan jaringan komputer lokal (LAN) adalah ARCnet yang dikembangkan oleh Novell. Untuk keperluan Wide Area Network (WAN) dapat kita gunakan media radio atau telepon. Dalam makalah ini fokus akan diberikan terhadap teknologi paket radio sebagai media komunikasi jarak jauh dalam WAN TCP/IP. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
            Untuk mengatur hubungan antara dua buah komputer melalui physical layer yang ada digunakan protokol link layer. Pada jaringan paket radio digunakan link layer AX.25 (Amatir X.25) [18][19][20][21] yang merupakan turunan CCITT X.25 [22] yang juga digunakan pada Sistem Komunikasi Data Paket (SKDP) oleh PT. INDOSAT dan Perumtel. IEEE telah mengembangkan beberapa standart protokol untuk LAN [23]. Berdasarkan rekomendasi IEEE pada LAN yang menggunakan ARCnet (IEEE 802.3) atau Ethernet (IEEE 802.3) digunakan link layer (IEEE 802.2). Pada LAN Token Ring digunakan physical layer (IEEE 802.5). Bentuk lain dari LAN yang kurang dikenal adalah Token Bus (IEEE 802.4). Untuk LAN berkecepatan tinggi juga telah dikembangkan sebuah standart yang diturunkan dari IEEE 802.3 yang kemudian dikenal sebagai Fiber Data Distributed Interface (FDDI).

            Pada teknologi packet radio yang kami gunakan untuk membangun jaringan komputer Paguyuban, protokol link AX.25 digunakan. Format protokol AX.25 tampak pada gambar (7) [18]. Maksimum informasi (data) yang dapat dikirim dalam satu frame dibatasi 255 byte. Pada saat ini telah dilakukan beberapa perubahan, khususnya untuk pengiriman data kecepatan tinggi dan aplikasi TCP/IP dimungkinkan untuk mengirimkan lebih dari 255 byte data dalam satu frame. Frame AX.25 dibuka dan ditutup oleh flag byte yang berisi 01111110. Address field berisi alamat tujuan, alamat pengirim paket dan stasiun-stasiun yang berfungsi sebagai relay. Dengan menggunakan stasiun lain sebagai relay, kita dapat meminta pertolongan dari stasiun lain untuk mengirimkan data ke tempat tujuan. Hal ini dikenal sebagai konsep digipeater (digital repeater). Pada control field berisi indentifikasi bentuk frame AX.25 yang dikirim. Apakah frame ini untuk melakukan koneksi (membuka hubungan komunikasi), koreksi (jika ada frame AX.25 yang rusak dalam pengiriman), untuk broadcast dan sebagainya. Packet ID (PID) digunakan untuk memberitahukan jenis data yang dikirim apakah data ini berbentuk teks, binary atau protokol pada lapisan network. Frame Check Sequence (FCS) digunakan oleh bagian penerima pada proses pendeteksian kesalahan.
            Lapisan protokol network, merupakan tata cara komunikasi connectionless yang memungkinkan berbagai LAN yang menggunakan media komunikasi yang berbeda untuk berhubungan satu dengan yang lain. Dalam kategori protokol network dikenal beberapa keluarga protokol seperti IP (InterNet Protocol) [24], ICMP (InterNet Control Message Protocol) [25], ARP (Address Resolution Protocol) [26] dan RARP (Reverse Address Resolution Protocol). Gambaran lengkap keluarga protokol yang membangun jaringan komputer TCP/IP dapat dilihat di gambar (8). Pada kesempatan ini, kami hanya akan menerangkan secara lebih seksama protokol IP dan TCP yang merupakan protokol utama dalam jaringan komputer TCP/IP. Adapun rangkuman spesifikasi mesin-mesin yang terkait ke InterNet terangkum dalam [27][28].
Gambar 8. Keluarga protokol pembangun arsitektur jaringan komputer TCP/IP 
Fungsi dari InterNet Protokol adalah untuk menyampaikan datagram dari satu komputer ke komputer lain tanpa tergantung pada media kompunikasi yang digunakan. Data dan header lapisan transport dipotong menjadi datagram-datagram yang dapat dibawa oleh IP. Tiap datagram dilepas dalam jaringan komputer dan akan mencari sendiri secara otomatis rute yang harus ditempuh ke komputer tujuan. Hal ini dikenal sebagai transmisi connectionless. Dengan kata lain, komputer pengirim datagram sama sekali tidak mengetahui apakah datagram akan sampai atau tidak.
            Untuk mengetahui dimana komputer tujuan, setiap komputer dalam jaringan harus diberikan IP address. IP address harus unik untuk setiap komputer, tetapi setiap komputer mungkin mempunyai beberapa IP address. IP address terdiri atas 8 byte data yang mempunyai nilai dari 0-255 yang sering ditulis dalam bentuk [xx.xx.xx.xx] (xx mempunyai nilai dari 0-255).
            Pada header InterNet Protokol selain IP address dari komputer tujuan dan komputer pengirim datagram juga terdapat beberapa informasi lainnya. Informasi ini mencakup jenis dari protokol lapisan transport yang ditumpangkan diatas IP. Time To Live (TTL) berapa lama IP dapat hidup didalam jaringan. Hal ini penting artinya terutama karena IP dilepas di jaringan komputer. Jika karena satu dan lain hal IP tidak berhasil menemukan alamat tujuan maka dengan adanya TTL IP akan mati dengan sendirinya. Disamping itu juga tiap IP yang dikirimkan diberikan identifikasi sehingga bersama-sama dengan IP address komputer pengirim data dan komputer tujuan tiap IP dalam jaringan adalah unik. Lembaga yang mengatur IP address adalah Network Information Center (NIC) di Department of Defence di US yang beralamat di hostmaster@nic.ddn.mil.
            Lapisan protokol transport menjamin reliabilitas komunikasi antara dua buah komputer yang terkait dalam jaringan yang luas. Pada lapisan protokol transport dikenal beberapa keluarga protokol seperti TCP (Transmission Control Protocol) [29] dan UDP (User Datagram Protocol) [30]. Fungsi utama TCP adalah untuk mengirimkan data dari satu komputer ke komputer lain dengan keandalan tinggi. Dalam hal ini TCP juga yang mendeteksi dan mengoreksi jika ada kesalahan data. Di samping itu, TCP mengatur seluruh proses koneksi antara satu komputer dengan komputer yang lain dalam sebuah jaringan komputer.
            Berbeda dengan IP yang mengandalkan mekanisme connectionless pada TCP mekanisme hubungan adalah connection oriented. Dalam hal ini, hubungan secara logik akan dibangun oleh TCP antara satu komputer dengan komputer yang lain. Dalam waktu yang ditentukan komputer yang sedang berhubungan harus mengirimkan data atau acknowledge agar hubungan tetap berlangsung. Jika hal ini tidak sanggup dilakukan maka dapat diasumsikan bahwa komputer yang sedang berhubungan dengan kita mengalami gangguan dan hubungan secara logik dapat diputus.
            TCP mengatur multiplexing dari data yang dikirim/diterima oleh sebuah komputer. Adanya identifikasi pada TCP header memungkinkan multiplexing dilakukan. Hal ini memungkinkan sebuah komputer melakukan beberapa hubungan TCP secara logik. Bentuk hubungan adalah full duplex, hal ini memungkinkan dua buah komputer saling berbicara dalam waktu bersamaan tanpa harus bergantian menggunakan kanal komunikasi. Untuk mengatasi saturasi (congestion) pada kanal komunikasi, pada header TCP dilengkapi informasi tentang flow control.
            Hal yang cukup penting untuk dipahami pada TCP adalah nomor port. Nomor port menentukan servis apa yang dilakukan oleh lapisan diatas TCP. Nomor-nomor ini telah ditentukan oleh Network Information Center dalam Request For Comment (RFC) 1010 [31]. Contoh untuk aplikasi File Transfer Protokol (FTP) lapisan protokol transport TCP digunakan nomor port 20 dan masih banyak lagi.
            Prinsip kerja dari TCP berdasarkan prinsip client-serverServer adalah program pada komputer yang secara pasif akan mendengarkan (listen) nomor port yang telah ditentukan pada TCP. Sedang client adalah program yang secara aktif akan membuka hubungan TCP ke komputer server untuk meminta servis yang dibutuhkan. Secara sederhana, state diagram kerja TCP dapat diterangkan sebagai berikut. Client akan secara aktif membuka hubungan (active open) dengan mengirimkan sinyal SYN (state SYN SENT) ke komputer server tujuan. Jika server menerima sinyal SYN maka server yang saat itu berada pada state LISTEN akan mengirimkan sinyal ACK SYN dan ke dua komputer (client & server) akan ke state ESTAB. Jika servis yang dilakukan telah selesai maka client akan mengirimkan sinyal FIN dan komputer client akan berada pada state FIN WAIT sampai sinyal FIN dari server diterima. Pada saat menerima sinyal FIN, server akan ke state CLOSE WAIT hingga hubungan diputus. Akhirnya kedua komputer akan kembali pada state CLOSE.
            Banyak aplikasi yang mungkin dilakukan menggunakan keluarga protokol TCP/IP. Program aplikasi yang ada umumnya dijalankan diatas lapisan protokol transport TCP. Aplikasi yang umum dilakukan adalah pengiriman berita secara elektronik yang dikenal sebagai elektronik mail (e-mail). Untuk ini dikembangkan sebuah protokol Simple Mail Transfer Protocol (SMTP) [32]. Aplikasi lainnya adalah remote login ke komputer yang berjauhan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas Telnet [33]. Untuk melakukan file transfer digunakan File Transfer Protocol (FTP) [34] yang juga dijalankan diatas TCP. Ada pula fasilitas finger untuk melihat pemakai komputer di mesin yang berjauhan [35]. Dengan semakin rumitnya jaringan maka manajemen jaringan menjadi penting artinya. Saat ini juga dikembangkan protokol yang khusus digunakan untuk mengatur jaringan dengan nama Simple Network Management Protocol (SNMP) [36]. Masih banyak lagi aplikasi yang dijalankan di atas TCP. Masing-masing aplikasi mempunyai nomor port yang unik.

            Satu hal yang cukup menarik dengan digunakannya protokol TCP/IP adalah kemungkinan untuk menyambungkan beberapa jaringan komputer yang menggunakan media komunikasi berbeda. Dengan kata lain, komputer yang terhubung pada jaringan yang menggunakan ARCnet, Ethernet, Token Ring, SKDP, amatir paket radio dll. dapat berbicara satu dengan lainnya tanpa saling mengetahui bahwa media komunikasi yang digunakan secara fisik berbeda. Hal ini memungkinkan dengan mudah membentuk Wide Area Network (WAN) di Indonesia. Sebagai contoh, kami memperlihatkan pada gambar (9) tingkat kompleksitas jaringan di PAU Mikroelektronika ITB yang mengintegrasikan LAN Novell dan UNIX dengan WAN packet radio, keseluruhan sistem transparan bagi pemakai jaringan.
            Perangkat lunak yang digunakan untuk jaringan komputer TCP/IP juga beragam sekali mulai dari yang sifatnya komersial, seperti, SCO Unix, AIX, HP-UX, BSD386, window NT dll sampai perangkat lunak yang tersedia secara public domain (cuma-cuma) bahkan sebagian tersedia dengan source code-nya, seperti, Network Operating System (NOS) yang saat ini merupakan salah satu perangkat lunak utama yang digunakan di jaringan komputer Paguyuban, 386BSD (untuk BSD 3.4 di komputer mikro), Linux yang merupakan variasi Unix di PC.
            Berakar pada keterangan sekilas dari arsitektur jaringan komputer ini, kami akan mencoba membahas alternatif teknologi jaringan komputer dan persiapan yang perlu dilakukan untuk membangun jaringan komputer. Penekanan akan dilakukan pada teknologi yang tersedia di Indonesia. Beberapa teknologi bahkan tersedia secara cuma-cuma.

ALTERNATIF TEKNOLOGI JARINGAN KOMPUTER
            Pada kesempatan selanjutnya ini, beberapa alternatif teknologi jaringan komputer akan di bahas secara garis besar. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sudut, antara lain:

  •         Jarak jangkau jaringan komputer. Hal ini sering berkaitan dengan kecepatan dan jenis media komunikasi yang digunakan.
  •         Fleksibilitas tata-cara komunikasi (protokol) yang digunakan. Apakah protokol yang digunakan bergantung pada jenis komputer yang digunakan?

            Pada kesempatan ini, kami akan mencoba memfokuskan pada teknologi jaringan komputer untuk komputer mikro (PC) yang relatif cukup murah dan sangat mudah memperolehnya di Indonesia. Kami akan membahas dari sudut jangkauan wilayah tempat jaringan komputer tsb. dioperasikan, yaitu:

  •         Local Area Network (LAN) umumnya berada dalam satu ruangan atau dalam satu gedung.
  •         Wide Area Network (WAN). Dalam skala kota, sering dikenal dengan sebutan Metropolitan Area Network (MAN).

LOCAL AREA NETWORK
Pada LAN, umumnya menggunakan kecepatan tinggi 10-100Mbps.

   •        Alternatif saluran penghubung yang digunakan adalah:

              m      Serial line, adalah alternatif termurah akan tetapi sangat tidak fleksible untuk jaringan yang besar.
              m      Thin coax (50 ohm), umumnya menggunakan coax tipe RG58 dan mampu untuk digunakan untuk jarak sekitar 200m pada kecepatan 10Mbps.
              m      Thick coax (50 ohm), umumnya menggunakan coax tipe RG8 dan mampu digunakan sampai jarak 500m tanpa repeater pada kecepatan 10Mbps.
              m      Twisted pair, umumnya digunakan pada kecepatan rendah 2Mbps dan untuk jarak-jarak yang tidak terlalu jauh.
              m      Fiber optics, umumnya digunakan untuk kecepatan sangat tinggi 100Mbps ke atas. Tentunya harganya sangat mahal.

   •        Jenis perangkat keras yang digunakan juga beragam, tergantung pada metoda akses ke media komunikasi yang digunakan. Yang cukup banyak dikenal, seperti:

              m      Ethernet, menggunakan Carrier Sense Multiple Access / Collision Detection (CSMA/CD). Beberapa tipe Ethernet card yang banyak dipasaran menggunakan metoda ini adalah 3COM, NE-2000, Western Digital, SMC, COMPEX.
              m      Token Ring, yang lebih effektif dalam memberi kesempatan bagi setiap PC yang tersambung ke jaringan untuk mengakses media komunikasi yang digunakan. Teknik Token Ring digunakan oleh jaringan yang di kembangkan oleh IBM.

   •        Di pandang dari sudut protokol komunikasi yang digunakan, dikenal beberapa buah, seperti:

              m      Novell, merupakan sistem operasi jaringan komputer yang di rancang untuk mengkaitkan PC ke dalam jaringan antar PC yang dapat membuat harddisk dari server / client yang ada menjadi transpran bagi satu dengan lainnya.
              m      TCP/IP (Transmission Control Protocol/InterNet Protocol) yang merupakan standard protokol pada jaringan InterNet yang tidak tergantung pada jenis komputer yang digunakan. Dengan menggunakan TCP/IP akan memungkinkan berbagai komputer (PC / Machintosh / Sun / HP) untuk berinteraksi satu dengan lainnya tanpa masalah yang berarti. Barangkali perlu dicatat bahwa TCP/IP adalah perlengkapan standard pada sistem operasi Unix. Saat ini ada beberapa Unix untuk PC yang dapat diperoleh secara cuma-cuma yaitu 386BSD dan Linux.
              m      IPX/SPX, adalah standard protokol pada jaringan Novell untuk mengatasi masalah internetworking pada jaringan PC yang menggunakan Novell. Pada kenyataannya, sering kali IPX di jalankan berkaitan dengan TCP/IP karena lebih menguntungkan.
              m      Protokol komunikasi Peer-to-Peer, antara lain di implementasikan pada Window for Workgroup.

   •        Dari sudut perangkat lunak aplikasi yang digunakan banyak sekali yang dapat dijadikan contoh, kami akan mencoba mengambil beberapa sampel yang mudah di peroleh di Indonesia, seperti:

              m      Network Operating System (NOS), merupakan perangkat lunak yang tersedia secara cuma-cuma berikut source codenya. Kebetulan kami juga ikut mengembangkan perangkat ini & dapat diperoleh langsung dari kami. Perangkat ini di rancang terutama untuk aplikasi PC sebagai router di jaringan komputer TCP/IP yang heterogen yang menggunakan berbagai media komunikasi. Perangkat ini telah menjadi tulang punggung de-facto jaringan Paguyuban TCP/IP.
              m      Window for workgroup, merupakan perangkat Window yang di rancang untuk komunikasi peer-to-peer. Perangkat ini di rancang untuk memudahlan beberapa orang agar dapat bekerjasama dalam jaringan.

WIDE AREA NETWORK
Pada WAN, umumnya menggunakan kecepatan yang relatif rendah 1200bps-250Kbps.

  •         Di tinjau dari sudut media komunikasi jarak jauh yang digunakan, ada beberapa alternatif yang mungkin digunakan di Indonesia, seperti:

              m      Telepon, umumnya kita cenderung untuk berusaha menggunakan kecepatan setinggi mungkin karena untuk menghemat biaya interlokal. Sayang sekali kondisi telepon di Indonesia pada beberapa daerah masih kurang baik sehingga membatasi kecepatan maksimum yang dapat di transmisikan melalui telepon.
              m      Sistem Komunikasi Data Paket (SKDP), sistem ini milik PT. Telkom dan PT. Indosat. Secara teoritis seharusnya sistem ini memberikan alternatif yang murah untuk mengembangkan jaringan komputer jarak jauh. Keterbatasan port SKDP yang hanya di beberapa kota di Indonesia dan pembatasan kecepatan maksimum pemakai pada 2400bps tampaknya menghambat perkembangan sistem komunikasi jarak jauh ini.
              m      VSAT, alternatif ini merupakan usaha yang relatif baru yang memungkinkan kita membangun jaringan komputer wilayah luas di Indonesia menggunakan satelit Palapa. Ada beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang ini seperti Citra Sari Makmur (CSM), Elektrindo Nusantara, Lintas Arta.
              m      Teknologi Packet Radio, teknologi ini pertama kali di kembangkan dan di operasikan pada skala besar di dunia amatir radio. Saat ini, teknologi ini merupakan salah satu tulang punggung utama pada jaringan antar perguruan tinggi, lembaga penelitian dan industri di Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena biaya operasi jaringan packet radio sangat rendah. Bahkan beberapa penelitian yang ada mengarah untuk meningkatkan kecepatan jaringan menjadi 56Kbps dan 125Kbps menggunakan peralatan yang dikembangkan sendiri di Indonesia. Hal ini mudah-mudahan akan memungkinkan kita untuk membangun jaringan di Indonesia tanpa perlu terlalu banyak bergantung pada luar.

  •         Di tinjau dari sudut tata cara komunikasi (protokol) yang digunakan:
              m      X.25, adalah tata cara komunikasi antar dua buah komputer yang terkait pada Sistem Komunikasi Data Paket (SKDP).
              m      AX.25, adalah turunan dari X.25 akan tetapi digunakan sebagai protokol link dalam jaringan packet radio.
              m      TCP/IP, merupakan tata cara komunikasi yang secara de-facto merupakan protokol standard yang digunakan dalam jaringan komputer terbesar di dunia - InterNet. Adalah menguntungkan jika kita menggunakan protokol ini sejak awal karena banyak vendor / sistem operasi yang mendukung protokol komunikasi ini.
              m      UUCP. Unix-to-Unix Copy Program, awalnya dikembangkan untuk mengirimkan file antar mesin Unix. File-file ini dapat berupa surat elektronik (E-mail) maupun konferensi elektronik (news). Solusi ini tidak terlalu baik untuk pengembangan jangka panjang sebuah jaringan komputer, akan tetapi dapat digunakan untuk solusi sementara yang sifatnya darurat.

TEKNOLOGI PACKET RADIO
            Selanjutnya kami mencoba untuk menjelaskan teknologi perangkat keras yang sudah mampu dibuat sendiri di Indonesia. Beberapa teknologi bahkan tersedia secara cuma-cuma. Kami menggunakan perangkat lunak Network Operating System (NOS) sebagai perangkat lunak utama yang digunakan untuk mengoperasikan komputer mikro sebagai switch TCP/IP.
            Secara umum teknologi perangkat keras paket radio, khususnya yang tersedia di Indonesia dapat kita bagi dalam beberapa alternatif, yaitu:

  •         modem sederhana 1200bps.
  •         menggunakan Terminal Node Controller yang ada dipasaran [37].
  •         Card HDLC di PC dan modem 56Kbps untuk sistem-sistem berkecepatan tinggi [38][39][40].

Mungkin perlu dicatat bahwa pembuatan perangkat packet radio berkecepatan 56Kbps merupakan bagian dari Riset Unggulan Terpadu (RUT) yang sedang dilakukan dalam kerjasama ITB (KBK Jaringan Komputer PAU Mikroelektronika ITB) dan UGM (PUSKOM). Kami mentargetkan untuk mengimplementasikan teknologi packet radio kecepatan 56Kbps ini antara Jakarta - Jawa Barat - Jawa Tengah menggunakan dana RUT yang mudah-mudahan dapat terealisasi pada tahun 1996 mendatang. Hal ini diharapkan dapat menjadi terobosan di Indonesia khususnya dalam dunia jaringan komputer.
            Dalam gambar (10). diperlihatkan diagram blok sebuah stasiun paket radio sederhana menggunakan modem yang sangat sederhana. Modem tersebut menggunakan one-chip modem TCM3105. Rangkaian selebihnya hanyalah berupa level translator antara TTL dengan RS232 (+12V - -12V), dalam hal ini kami menggunakan solusi CMOS inverter yag dapat diperoleh dengan biaya sekitar Rp. 1.500,- sehingga dapat menekan biaya secara keseluruhan dibandingkan menggunakan solusi yang lebih praktis menggunakan TTL-RS232 interface. Kristal yang digunakan adalah 4.4336MHz yang digunakan pada sinyal burts PAL sehingga sangat mudah diperoleh di Indonesia. Biaya keseluruhan modem sederhana ini sekitar Rp. 50.000,-. Rangkaian lengkap dari modem 1200bps sederhana ini dapat dilihat pada gambar (11). Yang perlu kita tambahkan pada komputer mikro yang kita gunakan hanyalah perangkat lunak packet driver AX25.COM yang merupakan program resident di komputer mikro yang bertugas untuk membentuk frame-frame AX.25. Di atas packet driver ini kita dapat menjalan perangkat lunak NOS TCP/IP yang menjadikan komputer mikro tsb sebagai sebuah switch dalam jaringan komputer TCP/IP. Tentunya kerja komputer mikro menjadi terbebani karena harus secara terus menerus memberikan servis untuk membentuk sinyal High Level Data Link Controller (HDLC). Alternatif ini dapat berjalan cukup baik menggunakan komputer mikro kelas 286 ke atas.

Gambar 11. Rangkaian modem sederhana 1200bps menggunakan one-chip modem TCM3105.
   Dalam gambar (12). diperlihatkan diagram blok dari stasiun paket radio yang umumnya digunakan saat ini di Jaringan komputer Paguyuban. Peralatan inti yang digunakan adalah sebuah Terminal Node Controller (TNC) yang berisikan sistem minimum mikroprosesor umumnya menggunakan Z80 dan dilengkapi oleh modem 1200bps. Sistem minimum Z80 ini menjalankan fungsi High Level Data Link Controller (HDLC) sehingga sebagian besar kerja protokol lapisan link dapat dilaksanakan oleh sistem minimum Z80 sehingga mengurangi beban komputer mikro yang harus menjalankan fungsi sebagai switch TCP/IP. Peralatan Terminal Node Controller ini cukup banyak dijual dipasaran Indonesia dengan harga yang berkisar antara Rp. 500.000,- s/d Rp. 800.000,- per buah. Tentunya biaya yang dikeluarkan jika TNC tsb dibuat sendiri di Indonesia lebih rendah. Umumnya perangkat lunak Network Operating System (NOS) yang standard dibuat untuk menggunakan TNC sebagai interface ke WAN radio. Untuk keperluan ini telah dikembangkan protokol interface antara perangkat lunak NOS dengan perangkat TNC. Protokol ini dikenal sebagai Keep It Simple Stupid (KISS) [41].
Gambar 12. Set up stasiun paket radio yang umum digunakan, terdiri dari komputer, Terminal Node Controller dan radio.
Gambar 13. Stasiun packet radio berkecepatan tinggi 56Kbps dengan peralatan High Level Data Link Controller Chip (HDLC) card di komputer mikro.
            Dalam gambar (13). diperlihatkan diagram blok dari stasiun paket radio berkecepatan tinggi 56Kbps yang saat ini sedang dalam proses pengembangan oleh tim ITB dan UGM. Secara umum perangkat lunak 56Kbps terdiri dari card High Level Data Link Controller (HDLC), modem 56Kbps yang bekerja pada 28MHz dan transverter dari 28MHz ke VHF atau UHF. Card HDLC yang kami rancang menggunakan Zilog Z8530 yang relatif murah tetapi handal. Di samping itu, di rencanakan agar Zilog Z8530 tsb. dapat melakukan transfer data langsung ke memory melalui fasilitas Direct Memory Access (DMA) sehingga mampu untuk digunakan sampai dengan kecepatan 250Kbps.
            Pada gambar (14) ditampilkan blok diagram rangkaian modulator Minimum Shift Keying (MSK) untuk bekerja pada kecepatan 56Kbps. Shift dari frekuensi secara presisi diatur 1/4 dari baud rate, sedang pergeseran fasa dari frekuensi sinyal pembawa sebesar 90 derajat setiap baud interval. Amplituda dijaga konstant bahkan lebih konstan daripada jika kita menggunakan PSK. Modulator dibangun menggunakan dua buah double balanced modulator MC1496. Salah satu modulator dikenal sebagai modulator "I" (in phase) sedang yang lain adalah modulator "Q" (quadratur). Frekuensi pembawa dibangkitkan oleh rangkaian oscillator yang beroperasi pada 27-30MHz. Pembawa yang dimasukan ke modulator "Q" berbeda 90 derajat daripada pembawa yang dimasukan ke modulator "I". Waveform sinyal dibangkitkan oleh EPROM yang berisi digital state machine yang dimasukan ke dua buah digital-to-analog converter (DAC-08). Kemudian dimasukan ke low pass filter untuk menghilangkan frekuensi harmonik tinggi sebelum keluaran modulator "I" digabungkan dengan keluaran modulator "Q". Dengan cara ini kita dapat menghasilkan sinyal data yang stabil tanpa perlu khawatir kecepatan data yang dikirim. Sebetulnya pendekatan ini dapat digunakan untuk semua macam teknik modulasi karena sinyal waveform yang harus dikirim dapat diprogram kedalam waveform.
Gambar 14. Blok diagram rangkaian modulator MSK berkecepatan 56Kbps.

 Pada implementasi yang akan kami lakukan, kami merencanakan untuk menggunakan sebuah tracking data detector untuk mendemodulasi data yang dikirim menggunakan MSK. Tentunya ada alternatif implementasi lainnya yang mungkin kita gunakan untuk mendemodulasi data yang yang dikirim tsb, seperti costas loop. Kerugian utama digunakannya solusi costas loop adalah karena kompleksitas rangkaian dan lambatnya locking time yang dibutuhkan. Akan tetapi costas loop mempunyai keuntungan terutama untuk melawan S/N yang rendah. Hal ini lebih baik dibandingkan menggunakan quadratur detector yang akan diterangkan dibawah ini.
   Pada implementasi demodulator 56Kbps, kami menggunakan detector quadratur menggunakan MC3359 yang dibantu oleh tracking data detector. Tracking data detector pada dasarnya sebuah analog komparator yang mempunyai tegangan ambang diantara nilai "0" dan "1". Untuk menjamin jumlah "0" dan "1" dalam data yang dikirim seimbang, digunakan rangkaian scrambler yang dapat dibangun menggunaan shift register dan dua buah XOR gate. Seluruh rangkaian demodulator di atur clock-nya menggunakan rangkaian Phase Lock Loop (PLL) dengan mengambil input data yang masuk untuk mengunci frekuensi yang dihasilkan oleh Voltage Control Oscillator (VCO) dalam PLL. Untuk jelasnya, dapat kita lihat blok diagram rangkaian demodulator pada gambar (15).
Gambar 15. Blok diagram rangkaian demodulator MSK 56Kbps.
    Rangkaian transverter relatif sangat sederhana dibandingkan rangkaian lainnya apalagi dengan tersedianya Monolithics Microwave Integrated Circuit (MMIC) dipasaran bebas dengan harga yang sangat murah. Fungsi transverter adalah untuk mentranslasikan frekuensi operasi modem 56Kbps dari 28MHz ke frekuensi operasi sebenarnya di VHF atau UHF. Isi transverter hanya berupa:
 •         Rangkaian oscillator.
  •         Dua buah mixer (balanced modulator)
 •         Driver dan power amplifier (PA).
  •         Low Noise Amplifier (LNA).
Dalam implementasi transverter ini kami merencanakan untuk banyak menggunakan MMIC dan Hybrid PA untuk RF yang banyak dipasaran.

INTEGRASI DENGAN JARINGAN KOMPUTER INTERNASIONAL INTERNET
    Pada kesempatan ini akan direview beberapa eksperimen yang dilakukan beberapa peneliti yang kebetulan semuanya adalah staf di jurusan teknik elektro ITB untuk menggabungkan jaringan komputer Paguyuban ke jaringan komputer internasional InterNet menggunakan basis teknologi packet radio. Tentunya ada beberapa usaha lainnya untuk mengintegrasikan jaringan komputer Paguyuban ke InterNet yang tidak berbasis teknologi packet radio, seperti:

   •        UUCP (Unix-to-Unix Copy Program): oleh PUSILKOM-UI dengan node yang cukup dikenal yaitu indogtw.csc.ui.ac.id.
   •        SKDP (X.25): oleh BPPT ke University of Aachen.

Gambar 16. Hubungan internasional menggunakan satelit berorbit polar VITASAT.

Lihat gambar ukuran penuh
Secara umum usaha untuk mengintegrasikan jaringan komputer Paguyuban dengan jaringan komputer internasional InterNet menggunakan basis teknologi packet radio dibantu oleh beberapa satelit komunikasi internasional. Berdasarkan satelit yang digunakan maupun teknik komunikasinya, kita mengenal dua kelompok yang bekerja untuk mengintegrasikan jaringan komputer Paguyuban ini, yaitu:

  •         Satelit VITASAT berorbit polar yang digunakan oleh kelompok peneliti dibawah pimpinan Prof. Dr. Iskandar Alisyahbana [42]. Konsep dasar komunikasi menggunakan VITASAT ini dapat dilihat pada Gambar (16) [43]. Komunikasi internasional menggunakan VITASAT ini tidak dapat dilakukan secara real-time karena satelit hanya berada dalam pengamatan dari satu tempat sekitar 4-5 kali per hari. Pengiriman berita dilakukan menggunakan metoda store-and-forward melalui komputer mikro kelas 286 [44] yang ada didalam satelit. Hubungan komunikasi dengan satelit dilakukan pada kecepatan menengah 9600bps [45]. Teknologi statiun bumi yang digunakan amat sangat sederhana, menggunakan komputer mikro yang dikaitkan ke TNC dan modem 9600bps. Total biaya untuk perangkat modem dan radio dapat diperoleh dengan biaya sekitar $2000 sehingga sangat terjangkau bagi sebagian besar masyarakat. Alternatif ini sangat menarik untuk solusi telekomunikasi ke pedesaan yang jauh dari jangkauan media telekomunikasi konvensional yang ada saat ini. Pembangunan statiun bumi satelit kelas Low Earth Orbit (LEO) ini juga sedang dijalankan oleh Amatir Radio Club (ARC)-ITB dengan target untuk hubungan komunikasi internasional dengan dunia amatir radio.

Gambar 17. Percobaan integrasi jaringan komputer dengan satelit geo-stasioner ETS-V

Lihat gambar ukuran penuh
  •         Satelit ETS-V yang berorbit geostationer yang digunakan oleh kelompok peneliti dibawah pimpinan Ir. Utoro dari Lab. Radar jurusan teknik elektro ITB. Satelit ETS-V menggunakan L-band sekitar 1.2-1.5GHz sehingga dapat digunakan menggunakan stasiun bumi yang relatif lebih sederhana dibandingkan satelit PALAPA. Keuntungan utama yang diperoleh dengan menggunakan satelit geostationar adalah hubungan komunikasi dengan InterNet dapat dilangsungkan secara real-time. Percobaan umumnya dilakukan pada kecepatan relatif tinggi 38.4Kbps menggunakan modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK). Beberapa usaha sistematis sedang berlangsung untuk mencoba mengintegrasikan jaringan komputer melalui satelit ini dengan WAN packet radio yang sudah operasional. Saat ini, Jepang telah mengalokasikan waktu untuk membuka hubungan langsung antara Jepang dan Indonesia menggunakan satelit ini untuk keperluan jaringan komputer selama 7 jam setiap bulan (secara cuma-cuma).

Tentunya cukup mudah bagi kita untuk membayangkan effek yang ditimbulkan dengan adanya bantuan komunikasi satelit ini dalam mengintegrasikan jaringan komputer Paguyuban dengan jaringan komputer internasional InterNet. Jelas bahwa arus informasi menjadi sangat mudah dan dapat diperoleh dengan biaya yang relatif murah. Hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat positif bagi proses link & match yang sifatnya internasional; maupun penyiapan SDM di Indonesia karena secara keseluruhan proses dapat dilakukan tanpa terikat pada dimensi ruang maupun waktu.
            Bagi Indonesia yang sedang berkembang pembuatan satelit semacam VITASAT (kelas MICROSAT) sangat menarik. Ada baiknya kita mengacu pengalaman-pengalaman diberbagai negara, seperti, Korea, Jepang, Argentina, Brasil & beberapa universitas kecil di Amerika Serikat yang justru menggunakan jalur amatir radio sebagai media untuk alih teknologi pembuatan & peluncuran MICROSAT. Hal ini dimungkinkan karena biaya pembuatan satelit kelas MICROSAT sebetulnya sangat rendah dalam orde ratusan juta rupiah. Hanya dengan melalui jalur amatir radio, Indonesia dalam memperoleh teknologi satelit MICROSAT secara murah. Hal ini tidak berlaku jika kita menggunakan jalur-jalur komersial untuk memperoleh disain satelit tersebut. Usaha yang sistematis untuk mencoba membangun SDM untuk membangun satelit mikro sedang berlangsung di IPTN, ARC-ITB maupun KBK Jaringan Komputer PAU Mikroelektronika ITB.

INTEGRASI DENGAN TEKNOLOGI MULTI-MEDIA
Gambar 18. Transmisi suara secara real-timemelalui channel packet radio.
            Komputer pada dasarnya adalah media digital, akan tetapi memungkinkan untuk mengintegrasikan data analog yang umum digunakan dalam dunia komunikasi yaitu gambar dan suara. Beberapa usaha sedang berjalan untuk mentransmisikan sinyal-sinyal analog pada jaringan komputer ini. Beberapa usaha pioneering untuk hal ini sedang berjalan di Indonesia, seperti:

  •         Kompresi suara menggunakan metoda Code-Excited Linear Predictive (CELP) untuk mentransmisikan suara secara real-time menggunakan jaringan komputer packet radio dengan kecepatan 4800 bps. Implementasi CELP menggunakan sebuah Digital Signal Processor (DSP) NEC 77230 pada komputer mikro [46] seperti tampak pada gambar (18). Penelitian ini dilakukan oleh rekan Armein Langi, M.Sc. dari KBK Multimedia di PAU Mikroelektronia ITB.

  •         Implementasi lainnya adalah mengintegrasikan sinyal gambar yang dapat diperoleh dengan mudah menggunakan kamera video ke dalam jaringan komputer seperti yang tergambar pada gambar (19). Transformasi sinyal gambar ke informasi digital dilakukan dengan bantuan frame grabber di komputer mikro. Ada dua buah program penelitian yang sedang berjalan secara paralel, yaitu, (1) menggunakan fasilitas surat elektronik untuk mentransmisikan gambar dan (2) membuka soket TCP untuk video-conference berbasis jaringan komputer [48][49]. Perbedaannya, alternatif (1) lebih ditujukan untuk aplikasi off-line, sedang aplikasi (2) lebih ditujukan untuk aplikasi yang sifatnya on-line dan real-time. Penelitian ini sedang dalam tahap implementasi di KBK Jaringan Komputer di PAU Mikroelektronika ITB.
Gambar 19. Blok diagram sebuah telekonferensi multimedia menggunakan jaringan komputer

 •          Penelitian lainnya dilakukan oleh team yang dipimpin oleh Dr. Ir. Adang Suwandi (EL-ITB). Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan fasilitas jaringan komputer untuk mengontrol beberapa sentral telepon yang dibangun menggunakan Jaringan Saraf Tiruan. Sebagai salah satu alternatif saluran komunikasi antar beberapa sentral telepon di atas, sedang dikembangkan penggunaan jaringan komputer packet radio sebagai media komunikasinya. Blok diagram sistem yang dikembangkan tampak pada Gambar (20).

Gambar 20. Penggunaan jaringan komputer packet radio untuk koordinasi sentral telepon.
  •         Penelitian lainnya dipimpin oleh Dr. Ir. Richard Mengko yang mengintegrasikan peralatan Global Positioning System (GPS) dengan teknologi packet radio untuk membroadcast data GPS untuk memperoleh posisi secara akurat. Bahkan mungkin dilakukan integrasi dengan peta yng diperoleh melalui gambar-gambar satelit.

Dengan adanya kemungkinan untuk mengintegrasikan sinyal gambar dan suara ke dalam jaringan komputer packet radio, tentunya kemungkinan untuk memvisualisasikan informasi secara lebih rinci menjadi lebih terbuka. Hal ini akan banyak sekali membantu berbagai aspek pembangunan baik yang bersifat pendidikan, sosial, ekonomi, teknik produksi dsb.

TEKNOLOGI MIKROELEKTRONIKA
            Kesinambungan perkembangan wireless computer network tidak lepas dari kemampuan kita dalam pengadaan komponen yang dibutuhkan. Salah satu teknologi yang sifatnya sangat strategis adalah teknologi mikroelektronika. Saat paling tidak ada beberapa lembaga, seperti, Pusat Antar Universitas bidang Mikroelektronika ITB, TELKOMA-LIPI, PT. LEN Industri dan PUSILKOM-UI yang bergerak cukup aktif dibidang mikroelektronika di Indonesia.
            Dalam kaitannya dengan wireless computer network, ada beberapa usaha yang sistematis dalam mengadakan komponen yang nantinya mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan teknologi packet radio ini. Komponen yang akan dituju adalah:

  •         Pembuatan transistor untuk aplikasi gelombang mikro beserta rangkaian penyesuai impedansi-nya. Rangkaian penyesuai impedansi dapat dibuat di atas Sapphire menggunakan metoda sputtering maupun di atas PCB. Pengalaman yang ada di Laboratorium Pemrosesan IC di PAU Mikroelektronika seudah memungkinkan untuk melakukan uji coba pembuatan komponen jenis ini.

  •         Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan transistor gelombang mikro tsb. menjadi sebuah rangkaian terintegrasi untuk keperluan gelombang mikro. Hal ini akan dilakukan berkenaan dengan program Riset Unggulan Terpadu (RUT) 3 yang dikelola oleh Dewan Riset Nasional (DRN).

  •         Pembuatan rangkaian terintegrasi untuk MODEM berkecepatan tinggi. Hal ini tengah diusahakan untuk menjadi bagian dari kegiatan penelitian untuk memfabrikasi IC menggunakan metida gate array yang sudah tersedia fasilitasnya di Indonesia. Dana untuk keperluan ini akan diusahakan dari Riset Unggulan Terpadu (RUT) 3 yang merupakan kerjasama antara LIPI-TELKOMA dan PAU Mikroelektronika ITB.

Tentunya masih banyak lagi aplikasi mikroelektronika di Indonesia. Untuk saat ini paling tidak ke dua komponen di atas yang mempunyai nilai strategis dalam membantu perkembangan jaringan komputer tanpa kabel di Indonesia.

PERSIAPAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBANGUN JARINGAN KOMPUTER
            Keterangan yang kami jelaskan di atas umumnya merupakan review dari berbagai kemungkinan aplikasi maupun teknologi yang ada. Dalam mempersiapkan dan mengambil keputusan dalam membangun jaringan komputer, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:

  •         Pengambilan keputusan tingkat kompleksitas jaringan, antara lain yang sering ditanyakan adalah:
              m      Apa fungsi utama jaringan komputer yang kita kembangkan?
              m      Apa aplikasi utama yang akan dijalankan oleh jaringan komputer yang dikembangkan?
              m      Bagaimana tingkat kompleksitas sistem komputer yang terkait ke jaringan?
              m      Apakah jaringan ini direncanakan untuk berkaitan dengan jaringan-jaringan lain yang berjauhan?
            Tentunya penentuan teknologi yang akan digunakan akan sangat bergantung pada jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas.

  •         Faktor lain yang sering terlupakan / dilupakan dalam men-set up sebuah jaringan komputer adalah masalah penanganan masalah operasional sehari-hari jaringan:
              m      Perlu dipikirkan untuk membiayai seorang operator jaringan untuk menangani operasi sehari-hari jaringan. Barangkali lulusan D3 yang didik khusus tentang operasional jaringan akan merupakan aset yang sangat menguntungkan dalam operasional jaringan. Tugas operator antara lain, set-up account, melihat performance jaringan, set-up berbagai perangkat yang terkait ke jaringan, set-up routing, proteksi dan monitor masalah virus dll. 
              m      Perlu dipikirkan supaya tidak tergantung pada satu jenis perusahaan dalam penyediaan peralatan yang dibutuhkan. Oleh karenanya sedapat mungkin digunakan peralatan yang menggunakan standard yang diakui secara bersama.
              m      Menyiapkan diri untuk melakukan training-training secara reguler supaya personil yang ada dapat secara terus mengikuti perkembangan yang ada. Tentunya jika konferensi elektronis dapat diaktifkan dan dioperasikan, kemungkinan tidak diperlukan kursus-kursus reguler ini.

  •         Dari segi set-up peralatan jaringan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan supaya operasi jaringan dapat berjalan lancar.
              m      IP address, harus dikoordinasikan dengan NIC DDN di Palo Alto, Amerika Serikat. Kebetulan untuk wilayah Bandung, kami saat ini bertindak sebagai point-of-contact NIC DDN yang dapat memberikan alokasi IP address kelas C.
              m      hostname, nama mesin yang akan di kaitkan terutama jika akan dikaitkan dalam Jaringan Wilayah Luas (WAN) TCP/IP. Hostname ini menggunakan struktur domain. Untuk Indonesia kita mengenal beberapa domain, seperti:
                          «       *.ac.id = untuk institusi akademik di Indonesia.
                          «       *.co.id = untuk institusi komersial di Indonesia.
                          «       *.or.id = untuk institusi LSM di Indonesia.
                        Sebagai contoh, saat ini kita mengenal itbgtw.itb.ac.id yang merupakan Gateway jaringan packet radio di Bandung yang terletak di ITB.
              m      koordinasi dengan berbagai sysop, terutama untuk routing dan meng-up date domain / hostname dari komputer-komputer yang terkait.
              m      topologi jaringan, perlu diperhitungkan masak-masak terutama dalam kaitannya beban traffic yang ada di jaringan, routing, memudahkan program aplikasi di jaringan.

Mudah-mudahan keterang-keterangan di atas ini dapat memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mempersiapkan / membangun sebuah jaringan komputer.


                                                                        
                                                                                           DAFTAR PUSTAKA
[1]        Onno W. Purbo, "An alternative approach to built low cost TCP/IP-based Wide Area Network in Indonesia," the South East Asia Regional Computer Confederation (SEARCC) '92 regional conference, Kuala Lumpur, 14 August 1992.
[2]        Onno W. Purbo, "The building of information infra-structure to sustain the current growth in Indonesia," The Canadian Association for the Studies of International Development (CASID) conference, Carleton University, Ottawa, 7-9 June 1993.
[3]        O.W. Purbo, "Development of Low Cost Wide Area Network in Indonesia," Journal of Scientific Indonesia, Vol. 1, No 1, October 1991.
[4]        Onno W. Purbo, "Low cost strategies for a sustainable microelectronics information system," MICRO'93, Surfers Paradise, Queensland, Australia 5-8 October 1993.
[5]        Trudy E. Bell, "Telecommunications," IEEE Spectrum, pp. 22-25, Jan. 1994.
[6]        T. Katayama, "Rural radio telephony system", NTT Rev., vol. 1, no. 3, pp. 90‑95, 1989.
[7]        A. Saburi, M. Murakami, K. Ikeda, T. Hiyama, "Radio access system for ISDN", NEC Res. Dev., Special Issue, pp. 78‑90, 1987.
[8]        Onno W. Purbo, "Alternatif untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk industri," Pikiran Rakyat, 27 August 1992.
[9]        Onno W. Purbo, Heru W. Poerbo dan Hasan Poerbo, "Jaringan informasi untuk pengembangan wilayah pedesaan," KOMPAS, 6 July 1992.
[10]      O.W. Purbo, YC1DAV/VE3, "Sistem komunikasi data paket radio amatir," majalah Elektron, th. XIV, no. 38, hal. 3815-3820, 1990.
[11]      O.W. Purbo, "Jaringan komputer biaya murah menggunakan radio," KOMPAS 30 Desember 1990.
[12]      Onno W. Purbo, "Membangun Indonesia dari bawah bertumpu pada pengembangan teknologi informasi jaringan komputer: sebuah kisah nyata," Seminar Hari Pendidikan Nasional, Indonesian Consulate in Toronto, 8 May 1993.
[13]      P.R.Karn, KA9Q, "Amateur TCP/IP: an update," Proceedings 7th ARRL Computer Networking Conference, pp. 115‑121, 1988.
[14]      O.W. Purbo, YC1DAV/VE3, Armein Langi, VE4ARM, dan Suryono Adisoemarta, YG1QN/N5SNN, "Alternatif pengembangan jaringan komputer biaya murah: sebuah studi kasus," Seminar & Kongres PERMIKA, Toronto, 14-15 September 1991.
[15]      Onno W. Purbo, "Kemungkinan merekayasa teknologi packet radio di Indonesia," Joint LAPAN-DLR Workshop on Communications via Terrestrial Networks and-or Satellites, Jakarta, 30 September - 1 Oktober 1993.
[16]      Phil Karn, KA9Q, "TCP/IP: A proposal for amateur packet radio levels 3 and 4," Proceedings 4th ARRL Computer Networking Conference, hal. 4.62‑4.68, 1985.
[17]      Phil Karn, KA9Q, "Amateur TCP/IP: an update," Proceedings 7th ARRL Computer Networking Conference, hal. 115‑121, 1988.
[18]      Terry L. Fox, WB4JFI, "AX.25 amateur packet‑radio link‑layer protocol : version  2.0 October 1984," American Radio Relay League, 1984.
[19]      T. Fox, WB4JFI, "Proposed AX.25 level 2 version 2.0 changes," Proceedings ARRL 7th Computer Networking Conference, hal. 58‑64, October 1988.
[20]      E.L. Scace, K3NA, "Overview of ARRL digital committee proposals for enhancing the  AX.25 protocols into revision 2.1," Proceedings ARRL 7th Computer Networking Conference, hal. 150‑152, October 1988.
[21]      T. Fox, WB4JFI, "AX.25 network sublayer protocol recommendation," Proceedings 3rd ARRL Computer Networking Conference, hal. 3.23‑3.29, 1984.
[22]      CCITT Recommendation X.25, Interface between Data Terminal Equipment (DTE) and Data-Circuit Terminating Equipment (DCE) for Terminals Operating in the Packet Mode on Public Data Networks.
[23]      W. Stallings, Handbook of computer communications standards: local network standards, vol. 2, MacMillan Book, 1987.
[24]      J. Postel, "RFC 791: Internet Protocol (IP),"  InterNet Network Working Group, September 1981.
[25]      J. Postel, "RFC 792: Internet Control Message Protocol," InterNet Network Working Group, September 1981.
[26]      D.C. Plummer, "RFC 826: An Ethernet Address Resolution Protocol," InterNet Network Working Group, November 1982.
[27]      R. Braden, "RFC 1122: Requirements for InterNet Hosts - Communication Layers," InterNet Network Working Group, October 1989.
[28]      R. Barden, "RFC 1123: Requirements for InterNet Hosts - Application and Support," InterNet Network Working Group, October 1989.
[29]      J. Postel, "RFC 793: Transmission Control Protocol," InterNet Network Working Group, September 1981.
[30]      J. Postel, "RFC 768: User Datagram Protocol," InterNet Network Working Group, Agustus 1980.
[31]      J. Reynolds dan J. Postel, "RFC 1010: Assigned Numbers," InterNet Network Working Group, May 1987.
[32]      J. Postel, "RFC 821: Simple Mail Transfer Protocol," InterNet Network Working Group, Agustus 1982.
[33]      J. Postel dan J. Reynolds, "RFC 854: Telnet Protocol Specification," InterNet Network Working Group, May 1983.
[34]      J. Postel dan J. Reynolds, "RFC 959: File Transfer Protocol (FTP)," InterNet Network Working Group, October 1985.
[35]      M.T. Horne, KA7AXD, "Finger ‑ a user information lookup service," Proceedings 7th ARRL Computer Networking Conference, hal. 83‑86, 1988.
[36]      J. Case, M. Fedor, M. Schoffstall dan C. Davin, "RFC 1098: A Simple Network Management Protocol," InterNet Network Working Group, April 1989.
[37]      P.R. Karn, KA9Q, H.E. Price, NK6K dan R.J. Diersing, N5AHD, "Packet radio in the amateur service," IEEE Journal on Selected Areas in Communications, vol. SAC‑3, hal. 431‑439, 1985.
[38]      M. Chepponis, K3MC dan B. Mans, AA4CG, "A totally awesome high‑speed packet radio  I/O interface for IBM PC/XT/AT/386 and Macintosh II computers," Proceedings ARRL 7th Computer Networking Conference, hal. 36‑40, October 1988.
[39]      D.A. Heatherington, "A 56 Kilobaud RF Modem", Proceedings 6th ARRL Computer Networking Conference, Redondo Beach, pp. 68‑75, 1988.
[40]      Phil Karn, KA9Q, "WA4DSY 56 bpsk modem", TAPR Meeting, Tucson, AZ, 1988.
[41]      M. Chepponis, K3MC dan P. Karn, KA9Q, " The KISS TNC: A simple host‑to‑TNC communication protocol,"  Proceedings 6th ARRL Computer Networking Conference, Redondo Beach, pp. 38‑43, 1988.
[42]      Suryono Adisoemarta and Onno W. Purbo, "Aplikasi Teknologi Radio Paket dan Satelit Dalam Jaringan Data Komputer Nusantara," Seminar PERMIAS, Houston, 28 August 1993.
[43]      Tom Clark, W3IWI, "AMSAT's MICROSAT/PACSAT PROGRAM," Proceedings 7th ARRL Computer Networking Conference, 1988.
[44]      O.W. Purbo, "Teknologi mikroelektronika untuk satelit Palapa," KOMPAS Januari 1991.
[45]      M.Davidoff, K2UBC, The satellite experimenter's handbook, 2nd edition, American Radio Relay League, 1990.
[46]      Armein Langi dan W. Kinsner, VE4WK, "CELP high-quality speech processing for packet radio transmission and networking," Proceedings 9th ARRL Computer Networking Conference, London, Ontario, Canada, pp. 164-169, 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar